Bantahan kembali dilontarkan calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, atas berbagai tudingan pelecehan seksual. Trump menyebut dirinya sebagai korban konspirasi dan bahkan menyebut salah satu wanita yang menudingnya, sebagai wanita yang tidak menarik.
Setelah sedikitnya enam wanita muncul ke berbagai media AS untuk menuturkan pengalaman buruk mereka dengan Trump, muncul dua wanita lainnya dengan klaim yang tak jauh berbeda. Kedua wanita itu, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (15/10/2016), adalah Summer Zervos yang merupakan mantan kontestan 'The Apprentice' musim kelima tahun 2006, dan seorang wanita bernama Kristin Anderson.
Zervos muncul dalam konferensi pers bersama pengacara selebriiti Glorida Allred di Los Angeles. Zervos menyebut Trump pernah menciumnya, menyentuh payudaranya dan berusaha menidurinya, saat membahas pekerjaan di salah satu bungalo milik Trump di Beverly Hills Hotel, tahun 2007.
Baca juga: Lagi, 2 Wanita Mengaku Jadi Korban Pelecehan Seksual Donald Trump
Sedangkan Anderson memberikan keterangannya kepada surat kabar ternama AS, The Washington Post, dalam artikel yang dirilis Jumat (14/10) waktu setempat. Anderson menyebut Trump memasukkan tangan ke dalam roknya dan menyentuh alat vitalnya, saat keduanya baru bertemu di kelab malam New York pada awal tahun 1990-an.
"Saya samar-samar mengingat Nona Zervos sebagai salah satu dari sekian banyak kontestan 'The Apprentice' selama beberapa tahun. Untuk memperjelas, saya tidak pernah bertemu dengannya di kamar hotel maupun memperlakukannya dengan tidak pantas, satu dekade lalu. Itu bukan perilaku saya sebagai manusia, dan itu bukan cara saya menjalani hidup saya," tutur Trump dalam pernyataan tertulisnya menanggapi tudingan baru terhadapnya.
Trump tidak menyinggung langsung tudingan Anderson. Namun dalam berbagai kampanyenya, Trump kembali menanggapi berbagai tudingan pelecehan seksual yang diarahkan kepadanya. Salah satunya dalam kampanye di Charlotte, North Carolina, saat Trump menyebut dirinya sebagai korban.
"Seperti kalian lihat, saya seorang korban dari salah satu kampanye politik fitnah yang hebat dalam sejarah negara kita. Mereka mengejar saya untuk berusaha dan menghancurkan apa yang mereka anggap sebagai gerakan terhebat dalam sejarah negara kita," sebut Trump membela diri dalam kampanye di Charlotte pada Jumat (14/10) malam, seperti dilansir CNN.
"Tidak sulit mencari sejumlah orang yang bersedia memberi keterangan palsu," imbuhnya, sembari menyebut wanita-wanita yang menuding dimotivasi oleh alasan keuangan atau alasan politis.
Dalam kampanye di kota lainnya, Greensboro yang masih ada di North Carolina, Trump menyebut tudingan-tudingan itu sebagai bagian konspirasi global oleh elite politik AS, yang melibatkan media berpengaruh, untuk menghentikan pencapresannya.
"Keseluruhan hal ini adalah suatu rekayasa besar. Suatu rekayasa besar. Suatu kebohongan besar. Suatu rekayasa besar. Pers tidak bisa menulis hal semacam ini, yang adalah kebohongan, kebohongan, kebohongan," ucap Trump merujuk tudingan pelecehan seks yang dimuat berbagai media AS.
Trump juga menyinggung salah satu wanita, Jessica Leeds, yang menudingnya meraba payudara dan menciumnya dengan paksa saat duduk bersebelahan dalam penerbangan ke New York tahun 1980-an. Leeds yang kini berusia 74 tahun muncul dalam video wawancara New York Times dan juga CNN.
"Percaya saya, dia (Leeds) tidak akan menjadi pilihan pertama saya, biar saya beritahu Anda," ucap Trump merujuk pada penampilan Leeds. Ucapan itu disambut tepuk tangan meriah dan tawa para pendukungnya. Trump juga menyebut Leeds sebagai 'wanita mengerikan'.